Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Maret 2015

Peristiwa 10 November

Mobil Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby

 Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap Kolonialisme.
Kronologi dan Penyebab Peristiwa

  -Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
 T
anggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tersebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.

  -Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 T
iga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

  -Kedatangan Tentara Inggris dan Belanda
 S
etelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan banyak korban di berbagai daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan adan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negaranya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia dimana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

   -Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
 S
etelah munculnya maklumat Pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera Nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya, klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru atau Hotel Yamato yang pada zaman Kolonial bernama Oranje Hotel dan sekarang bernama Hotel Majapahit di Jl.Tunjungan no.65 Surabaya.
 Sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan Mr. W. V. Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas di Hotel Yamato, tepatnya di sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka telah menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kembali kekuasaan di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
 


Hotel Oranje pada Tahun 1911

Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby
 
  -Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby
 S
etelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi banyak bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, seorang pimpinan tentara Inggris untuk jawa Timur. Pada tanggal 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30 mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang Pemuda Indonesia yang tidak diketahui indentitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut karena terkena ledakan granat yang menyebabkan mayat Jenderal Mallaby sulit untuk dikenali. Kematian Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara AFNEI dan Administrasi NICA.




Minggu, 08 Februari 2015

Indonesian Navy - TNI AL


 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut atau yang biasa disingkat TNI-AL adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.

 Dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR-Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.

 TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staff Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pimpinan tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL). Sejak 31 Desember 2014 KSAL dijabat oleh Laksamana Madya TNI Ade Supandi yang menggantikan Laksamana TNI Marsetio yang telah memasuki masa pensiun.

 Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam dua armada, Armada Barat yang berpusat di Tanjung Priok, Jakarta dan Armada Timur yang berpusat di Tanjung Perak, Surabaya, serta satu Komando Lintas Laut Militer (KOLINLANMIL) dan Marinir.

 Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR-Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine atau Angkatan Laut kerajaan Belanda di masa penjajahan Belanda dan Kaigun di masa pendudukan Jepang.

 Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik Indonesia yang baru saja terbentuk. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu ALRI juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.

 Selama tahun 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut, dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.

 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 9, TNI AL bertugas :

1. Melakukan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan;
2. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yuridikasi nasional sesuai dengan       ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
3. Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar     negeri yang ditetapkan oleh pemerintah;
4. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut;
5. Melaksanakan Pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

                                                                Kapal Perang TNI-AL
Chang Bogo Class

 Indonesia membeli 3 kapal selam dari Korea Selatan untuk menambah armada kapal selam TNI AL, dilengkapi dengan peluncur torpedo 533mm. Kapal ini masih dalam tahap produksi dan pengiriman akan dilakukan antara  tahun 2015-2018.

 Cakra Class

Indonesia
memiliki 2 kapal selam Cakra Class, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dilengkapi dengan peluncur torpedo 533mm.






Sigma Class Frigate 10514

TNI-AL
memesan Frigate dari Belanda 2 Unit dan masih dalam tahap produksi. 2 Kapal ini dilengkapi Kanon anti-pesawat Oto Melara 76mm, CIWS Oerlikon Millenium Gun System, 12 peluncur vertikal MICA SAM, 8 Exocet MM40 Block III SSM, dan 2x Triple Torpedo Tubes.

Ahmad Yani Class

 Ahmad Yani Class atau Van Speijk Class 
sebelumnya adalah milik angkatan laut Belanda, TNI AL memiliki 6 kapal fregat Ahmad Yani Class, Yaitu :
KRI Ahmad Yani 351
KRI Slamet Riyadi 352
KRI Yos Sudarso 353
KRI Oswald Siahaan 354
KRI Abdul Halim Perdana Kusuma 355
KRI Karel Satsuit Tubun 356
Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x Twin Simbad SAM
4x C-802 SSM
4x Yakhont SS-N-26 SSM
2x triple Mk.32 Torpedo Launchers


Bung Tomo Class

 TNI-AL
memiliki 3 kapal Bung Tomo Class, yaitu :

KRI Bung Tomo 357
KRI John Lie 358

KRI Usman-Harun 359
Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x DS 30B REMSIG 30mm Guns
16x VLS MBDA Seawolf SAM
8X Exocet MM40 Block II SSM
2x Triple BAE Systems 324mm torpedo tubes.

Kapal ini sempat membuat kontroversi antara pemerintah Indonesia dan Singapura karena penamaan KRI Usman-Harun 359 membuka luka lama Singapura, hal ini membuat dibatalkannya undangan para perwira TNI-AU untuk mengikuti Singapore Air Show.

Diponegoro Class


 Diponegoro Class
termasuk salah satu kapal perang tercanggih milik TNI-AL. TNI-AL memiliki 4 kapal Diponegoro Class, yaitu :

KRI Diponegoro 365
KRI Sultan Hasanuddin 366
KRI Sultan Iskandar Muda 367

KRI Frans Kaisiepo 368

Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x 20mm Denel Vektor G12
2x quad MBDA Mistral Tetral SAM dengan 8 misil
4x Exocet MM40 Block II SSM
2x triple B515 torpedo launchers.







Kamis, 05 Februari 2015

Hideyoshi Toyotomi


 Toyotomi Hideyoshi (1536-1581) adalah Shogun hebat yang menyatukan Jepang.
 Hideyoshi adalah anak seorang petani pekerja keras dan miskin.
 Sebagai anak laki-laki, Hideyoshi berjanji pada dirinya bahwa dia akan memastikan para petani tidak perlu bekerja terlalu keras apabila dia menjadi seorang Shogun.
 Hideyoshi dapat mendaftar menjadi seorang prajurit untuk Shogun Oda Nobunaga, yang mencoba menyatukan Jepang melalui kekuatan tentara.
 Suatu hari, menurut legenda, Hideyoshi menghangatkan sepatu Nobunaga untuk berjalan-jalan di musim dingin. Kemudian Nobunaga mengangkatnya sebagai Jenderal.
 Hideyoshi membuktikan bahwa dirinya adalah seorang jenderal yang tegas, dan ketika Nobunaga dibunuh, Hideyoshi melanjutkan tugas untuk menyatukan Jepang, tetapi dengan pemerintahan dan tentara yang baik.
 Pada tahun 1591, Hideyoshi telah menyatukan Jepang, tetapi dia tetap memisahkan kelas para petani dan prajurit.
 Untuk menciptakan suasana mistis di kerajaannya, Hideyoshi memerintahkan guru zen bernama Sen No Rikkyu menyempurnakan upacara minum teh.
 Kelak, Hideyoshi menjadi Paranoid. Mencurigai kepala penasihatnya yang bernama Hidetsugu menyusun rencana, dia membunuh seluruh keluarga Hidetsugu, termasuk Putri Komahime yang cantik.
 Ayah Komahime, Yoshiaki, mengambil keputusan memihak musuh Hideyoshi, Ieyasu Tokugawa, pada pertempuran besar yang mengakibatkan kejatuhan Hideyoshi.                                          

Lihat Juga : Shogun dan Samurai

Sabtu, 27 Desember 2014

Indonesian Air Force - TNI AU



Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara atau yang biasa disingkat TNI AU adalah cabang dari TNI yang bertanggung jawab atas pertahanan udara Republik Indonesia. TNI AU awalnya adalah bagian dari TNI AD yang dulu bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan. TNI AU dibentuk pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI) Angkatan Udara sesuai dengan penetapan pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.

 TNI AU dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini dijabat oleh Marsekal Madya TNI Agus Supriatna.

 Kekuatan TNI sekarang memiliki dua komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar.

 TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu kekurangan pesawat terbang dan fasilitas lainnya. Pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan di bawah Komodor Soerjadi Soerjadarma.

 Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI Jawatan Penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia.

 Pada tanggal 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sudarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu pesawat Guntei berhasil melakukan pemboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

 Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren dan Hayabusha. Pesawat-pesawat ini menjadi cikal bakal TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa pesawat Angkatan Udara Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard, PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.

C-47 Dakota AURI
B-25 Mitchell AURI (atas) dan P-51 Mustang AURI (bawah)

PBY-5 Catalina AURI


 Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California, Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, Tupolev Tu-2, dan Lavochkin La-11.

                                                                    MiG-17 AURI


                                                                   MiG-21 AURI


                                                             Lavochkin La-11 AURI
                                                     
 TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi dibawah kepemimpinan KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani di awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 Bronco, F-16 Fighting Falcon, A-4 Skyhawk, F-5 Tiger, dan Hawk 100/200.

                                         F-5 Tiger TNI AU (atas) dan OV-10 Bronco (bawah)
                                                     F-16A Block 15OCU Falcon TNI AU
                                                               A-4 Skyhawk TNI AU
                                                           Hawk Mk.109 TNI AU
                                                        Hawk Mk.209 TNI AU
 
  Pasukan Khusus TNI AU, atau PASKHAS merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu darat, laut, dan udara. Prajurit PASKHAS diharuskan minimal memiliki kualifikasi Para-Komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.

  Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi PASKHAS sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, serta laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. PASKHAS mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.


                                                         Prajurit PASKHAS TNI AU

Jumat, 26 Desember 2014

Israel


 Pada sekitar tahun 1920, Palestina berada dibawah pemerintahan Inggris, dan Inggris mendorong kaum Yahudi untuk menetap disana.
 Usai Holocaust, ketika Hitler membantai Yahudi, banyak negara yang mendukung ide tentang tanah air tempat kaum Yahudi bebas dari penganiayaan.
 Pada tahun 1948, PBB membagi Palestina antara Arab dan Yahudi. Bangsa Arab melihat ini sebagai pencurian tanah bangsa Arab.
 Bangsa Arab segera menginvasi Israel, akan tetapi mereka kalah. Israel mengambil alih seluruh Palestina kecuali Jalur Gaza dan Tepi Barat (West Bank).
 Pada tahun 1956-1957, Mesir mengambil alih kendali atas terusan Suez.
 Pada tahun 1967, Mesir menutup teluk Aqaba, satu-satunya jalan bagi Israel menuju Laut Merah. Israel mengumumkan perang terhadap negara-negara Arab.
 Israel memenangkan peperangan hanya dalam waktu 6 hari, dan menyebutnya sebagai "Perang Enam Hari". Bangsa Arab menyebutnya sebagai "Perang Bulan Juni". Setelah itu, Israel mengendalikan Sinai, Jalur Gaza, dan Tepi Barat.
 Pada tahun 1973, Mesir menyerang Israel di Sinai, menjadi awal perang Yom Kippur. Dengan bantuan Amerika, Israel berhasil memukul mundur Mesir.
 Melalui persetujuan Camp David pada tahun 1978, Mesir mengakui hak-hak Israel untuk eksis dan Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir. Presiden Amerika, Jimmy Carter, mengatur perjanjian tersebut.
 PLO yang dipimpin oleh Yasser Arafat, memulai perlawanan untuk kemerdekaan rakyat Palestina setelah Perang Enam Hari. Peperangan dan negosiasi masih berlangsung hingga kini.


Perang Saudara Amerika

 Perang Saudara Amerika (1861-1865) merupakan pertempuran antara negara-negara bagian di utara, dan negara-negara bagian di selatan. Perang ini memisahkan teman dan keluarga, membunuh lebih dari 600.000 orang.
 Penyebab utamanya adalah perbudakan. Pada tahun 1850, perbudakan dilarang di 18 negara bagian utara, akan tetapi terdapat 4 juta di 15 negara bagian selatan, tempat mereka bekerja di pertanian besar.
 Konflik berkembang ketika negara-negara bagian baru dan penduduk yang dipaksa ke arah barat diberi pilihan harus menjadi negara bagian yang 'merdeka' atau 'budak'.
 Pada tahun 1854, para majikan mendapatkan kelegalan dalam Undang-Undang Kansas-Nebraska, yang mengijinkan negara bagian yang baru memutuskan bagi mereka sendiri.
 Pada tahun 1860, para Abolsionis (anti perbudakan) dari partai Republik, Abraham Lincoln, terpilih sebagai presiden.
 Negara-negara bagian di selatan segera memisahkan diri dari Union (negara bagian utara) sebagai bentuk protes, dan membuat konfedereasi mereka sendiri.
 Ketika perang dimulai, konfederasi berada di atas angin, melawan kampanye defensif.
 Titik balik datang pada Juli 1863, ketika pasukan selatan yang menginvasi, dipimpin oleh Robert E. Lee, dikalahkan di Gettysburg, Pensylvania.
 Kelebihan sumber energi dari utara secara perlahan mulai terlihat dan Jenderal Grant menyerang wilayah selatan dari utara, sementara Sherman maju tanpa ampun dari barat.
 Lee menyerah pada Grant di gedung Pengadilan Appomattox, Virginia pada 9 April 1865. Perbudakan dihapuskan, tetapi beberapa hari kemudian Abraham Lincoln dibunuh.

 Diambil dari buku : 2000 things you should know about World History
 Penulis                : John Farndon

Kamis, 13 Maret 2014

Asal Mula Peperangan di Iwo Jima



 Pada tahun 1941, kediktatoran militer Jepang berperang melawan Amerika Serikat. Tujuan utama Jepang adalah untuk memperoleh sumber alam,terutama minyak, untuk perang mereka melawan China. Tapi sampai tahun 1945, setelah beberapa tahun terlibat peperangan yang brutal dan pahit, industri di tanah Jepang tetap tak tersentuh samasekali dan terus berproduksi. Amerika Serikat dan para sekutunya mencari cara untuk menghentikan kemampuan produksi tanpa harus menginvasi Jepang, suatu gerakan yang dapat menimbulkan korban jiwa berjumlah ribuan di pihak Sekutu.

  Menjawab tantangan tersebut, Amerika Serikat akhirnya mengembangkan cara untuk mencappai kepulauan Jepang dan menghancurkan kemampuannya dalam membangun senjata dan peralatan perang lainnya. Hasilnya adalah pesawat pembom B-29 Superfortress. Pengembangan pesawat itu sebenarnya telah dimulai pada 1938, tiga tahun sebelum Amerika Serikat terlibat dalam perang. Superfortress berjarak tempuh 8.000Km lebih. Pesawat itu pun segera diproduksi di Amerika Serikat. Tapi Superfortress punya banyak masalah, terutama mesinnya yang mudah terbakar. Meskipun demikian, 150 pesawat berangkat dari pangkalan udara di India, pesawat raksasa itu terbang ke China, mengisi ulang bahan bakar, dan membom Jepang dari jarak sangat tinggi. Tapi hasilnya tak seberapa. Banyak Superfortress jatuh dan menewaskan awaknya, kebanyakan disebabkan oleh masalah mekanis pada pesawat pembom itu.
  Namun Sekutu terus memperketat kepungannya di sekeliling pulau utama Jepang. Pada Juni dan Juli 1944, pasukan Amerika berhasil merebut pulau Guam, Saipan, dan Tinian di kepulauan Mariana. Dengan berangkat dari landas pacu yang batu dibangun di pulau-pulau itu,  pesawat-pesawat B-29 berada lebih dekat lagi ke daratan utama Jepang. Pangeran Jepang, Higashikuni, Komandan Markas Besar Pertahanan Dalam Negeri, mengakui bahwa "Perang selesai saat kepulauan Mariana direbut." Perdana menteri Jepang, Jendral Hideki Tojo, dibawah tekanan Kaisar Hirohito, mengundurkan diri pada 9 Juli 1944. Perang terus berlanjut.
  Perhatian kedua belah pihak pun tertuju pada pulau kecil Iwo Jima. Pulau itu ada dalam gugusan kepulauan Bonin-Volcano (Ogaswara), ditengah jalan antara Kepulauan Mariana dan Jepang. Pulau Iwo Jima hanya seluas 20,7Km persegi. Pulau itu punya dua lapangan udara, dan yang ketiga sedang dibangun. Jepang menguasai Iwo Jima. Mereka menggunakannya sebagai stasiun radar dan pangkalan Grup Udara Angkatan Laut ke-301. Jika tentara Amerika dapat menguasai pulau itu, maka lapangan udaranya dapat digunakan oleh pesawat tempur mereka untuk mengawal B-29 kembali ke pangkalannya di Kepulauan Mariana. Atas desakan laksamana Amerika, Raymond Spruance, Amerika memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap sepotong lahan penting itu.