Total Tayangan Halaman

Sabtu, 27 Desember 2014

Indonesian Air Force - TNI AU



Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara atau yang biasa disingkat TNI AU adalah cabang dari TNI yang bertanggung jawab atas pertahanan udara Republik Indonesia. TNI AU awalnya adalah bagian dari TNI AD yang dulu bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan. TNI AU dibentuk pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI) Angkatan Udara sesuai dengan penetapan pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.

 TNI AU dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini dijabat oleh Marsekal Madya TNI Agus Supriatna.

 Kekuatan TNI sekarang memiliki dua komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar.

 TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu kekurangan pesawat terbang dan fasilitas lainnya. Pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan di bawah Komodor Soerjadi Soerjadarma.

 Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI Jawatan Penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia.

 Pada tanggal 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sudarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu pesawat Guntei berhasil melakukan pemboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

 Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren dan Hayabusha. Pesawat-pesawat ini menjadi cikal bakal TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa pesawat Angkatan Udara Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard, PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.

C-47 Dakota AURI
B-25 Mitchell AURI (atas) dan P-51 Mustang AURI (bawah)

PBY-5 Catalina AURI


 Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California, Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, Tupolev Tu-2, dan Lavochkin La-11.

                                                                    MiG-17 AURI


                                                                   MiG-21 AURI


                                                             Lavochkin La-11 AURI
                                                     
 TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi dibawah kepemimpinan KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani di awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 Bronco, F-16 Fighting Falcon, A-4 Skyhawk, F-5 Tiger, dan Hawk 100/200.

                                         F-5 Tiger TNI AU (atas) dan OV-10 Bronco (bawah)
                                                     F-16A Block 15OCU Falcon TNI AU
                                                               A-4 Skyhawk TNI AU
                                                           Hawk Mk.109 TNI AU
                                                        Hawk Mk.209 TNI AU
 
  Pasukan Khusus TNI AU, atau PASKHAS merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu darat, laut, dan udara. Prajurit PASKHAS diharuskan minimal memiliki kualifikasi Para-Komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.

  Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi PASKHAS sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, serta laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. PASKHAS mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.


                                                         Prajurit PASKHAS TNI AU

Jumat, 26 Desember 2014

Israel


 Pada sekitar tahun 1920, Palestina berada dibawah pemerintahan Inggris, dan Inggris mendorong kaum Yahudi untuk menetap disana.
 Usai Holocaust, ketika Hitler membantai Yahudi, banyak negara yang mendukung ide tentang tanah air tempat kaum Yahudi bebas dari penganiayaan.
 Pada tahun 1948, PBB membagi Palestina antara Arab dan Yahudi. Bangsa Arab melihat ini sebagai pencurian tanah bangsa Arab.
 Bangsa Arab segera menginvasi Israel, akan tetapi mereka kalah. Israel mengambil alih seluruh Palestina kecuali Jalur Gaza dan Tepi Barat (West Bank).
 Pada tahun 1956-1957, Mesir mengambil alih kendali atas terusan Suez.
 Pada tahun 1967, Mesir menutup teluk Aqaba, satu-satunya jalan bagi Israel menuju Laut Merah. Israel mengumumkan perang terhadap negara-negara Arab.
 Israel memenangkan peperangan hanya dalam waktu 6 hari, dan menyebutnya sebagai "Perang Enam Hari". Bangsa Arab menyebutnya sebagai "Perang Bulan Juni". Setelah itu, Israel mengendalikan Sinai, Jalur Gaza, dan Tepi Barat.
 Pada tahun 1973, Mesir menyerang Israel di Sinai, menjadi awal perang Yom Kippur. Dengan bantuan Amerika, Israel berhasil memukul mundur Mesir.
 Melalui persetujuan Camp David pada tahun 1978, Mesir mengakui hak-hak Israel untuk eksis dan Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir. Presiden Amerika, Jimmy Carter, mengatur perjanjian tersebut.
 PLO yang dipimpin oleh Yasser Arafat, memulai perlawanan untuk kemerdekaan rakyat Palestina setelah Perang Enam Hari. Peperangan dan negosiasi masih berlangsung hingga kini.


Perang Saudara Amerika

 Perang Saudara Amerika (1861-1865) merupakan pertempuran antara negara-negara bagian di utara, dan negara-negara bagian di selatan. Perang ini memisahkan teman dan keluarga, membunuh lebih dari 600.000 orang.
 Penyebab utamanya adalah perbudakan. Pada tahun 1850, perbudakan dilarang di 18 negara bagian utara, akan tetapi terdapat 4 juta di 15 negara bagian selatan, tempat mereka bekerja di pertanian besar.
 Konflik berkembang ketika negara-negara bagian baru dan penduduk yang dipaksa ke arah barat diberi pilihan harus menjadi negara bagian yang 'merdeka' atau 'budak'.
 Pada tahun 1854, para majikan mendapatkan kelegalan dalam Undang-Undang Kansas-Nebraska, yang mengijinkan negara bagian yang baru memutuskan bagi mereka sendiri.
 Pada tahun 1860, para Abolsionis (anti perbudakan) dari partai Republik, Abraham Lincoln, terpilih sebagai presiden.
 Negara-negara bagian di selatan segera memisahkan diri dari Union (negara bagian utara) sebagai bentuk protes, dan membuat konfedereasi mereka sendiri.
 Ketika perang dimulai, konfederasi berada di atas angin, melawan kampanye defensif.
 Titik balik datang pada Juli 1863, ketika pasukan selatan yang menginvasi, dipimpin oleh Robert E. Lee, dikalahkan di Gettysburg, Pensylvania.
 Kelebihan sumber energi dari utara secara perlahan mulai terlihat dan Jenderal Grant menyerang wilayah selatan dari utara, sementara Sherman maju tanpa ampun dari barat.
 Lee menyerah pada Grant di gedung Pengadilan Appomattox, Virginia pada 9 April 1865. Perbudakan dihapuskan, tetapi beberapa hari kemudian Abraham Lincoln dibunuh.

 Diambil dari buku : 2000 things you should know about World History
 Penulis                : John Farndon