Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Maret 2015

Peristiwa 10 November

Mobil Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby

 Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap Kolonialisme.
Kronologi dan Penyebab Peristiwa

  -Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
 T
anggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tersebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.

  -Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 T
iga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

  -Kedatangan Tentara Inggris dan Belanda
 S
etelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan banyak korban di berbagai daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan adan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negaranya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia dimana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

   -Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
 S
etelah munculnya maklumat Pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera Nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya, klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru atau Hotel Yamato yang pada zaman Kolonial bernama Oranje Hotel dan sekarang bernama Hotel Majapahit di Jl.Tunjungan no.65 Surabaya.
 Sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan Mr. W. V. Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas di Hotel Yamato, tepatnya di sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka telah menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kembali kekuasaan di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
 


Hotel Oranje pada Tahun 1911

Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby
 
  -Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby
 S
etelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi banyak bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, seorang pimpinan tentara Inggris untuk jawa Timur. Pada tanggal 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30 mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang Pemuda Indonesia yang tidak diketahui indentitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut karena terkena ledakan granat yang menyebabkan mayat Jenderal Mallaby sulit untuk dikenali. Kematian Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara AFNEI dan Administrasi NICA.




Minggu, 08 Februari 2015

Indonesian Navy - TNI AL


 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut atau yang biasa disingkat TNI-AL adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.

 Dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR-Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.

 TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staff Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pimpinan tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL). Sejak 31 Desember 2014 KSAL dijabat oleh Laksamana Madya TNI Ade Supandi yang menggantikan Laksamana TNI Marsetio yang telah memasuki masa pensiun.

 Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam dua armada, Armada Barat yang berpusat di Tanjung Priok, Jakarta dan Armada Timur yang berpusat di Tanjung Perak, Surabaya, serta satu Komando Lintas Laut Militer (KOLINLANMIL) dan Marinir.

 Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR-Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine atau Angkatan Laut kerajaan Belanda di masa penjajahan Belanda dan Kaigun di masa pendudukan Jepang.

 Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik Indonesia yang baru saja terbentuk. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu ALRI juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.

 Selama tahun 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut, dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.

 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 9, TNI AL bertugas :

1. Melakukan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan;
2. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yuridikasi nasional sesuai dengan       ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
3. Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar     negeri yang ditetapkan oleh pemerintah;
4. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut;
5. Melaksanakan Pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

                                                                Kapal Perang TNI-AL
Chang Bogo Class

 Indonesia membeli 3 kapal selam dari Korea Selatan untuk menambah armada kapal selam TNI AL, dilengkapi dengan peluncur torpedo 533mm. Kapal ini masih dalam tahap produksi dan pengiriman akan dilakukan antara  tahun 2015-2018.

 Cakra Class

Indonesia
memiliki 2 kapal selam Cakra Class, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dilengkapi dengan peluncur torpedo 533mm.






Sigma Class Frigate 10514

TNI-AL
memesan Frigate dari Belanda 2 Unit dan masih dalam tahap produksi. 2 Kapal ini dilengkapi Kanon anti-pesawat Oto Melara 76mm, CIWS Oerlikon Millenium Gun System, 12 peluncur vertikal MICA SAM, 8 Exocet MM40 Block III SSM, dan 2x Triple Torpedo Tubes.

Ahmad Yani Class

 Ahmad Yani Class atau Van Speijk Class 
sebelumnya adalah milik angkatan laut Belanda, TNI AL memiliki 6 kapal fregat Ahmad Yani Class, Yaitu :
KRI Ahmad Yani 351
KRI Slamet Riyadi 352
KRI Yos Sudarso 353
KRI Oswald Siahaan 354
KRI Abdul Halim Perdana Kusuma 355
KRI Karel Satsuit Tubun 356
Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x Twin Simbad SAM
4x C-802 SSM
4x Yakhont SS-N-26 SSM
2x triple Mk.32 Torpedo Launchers


Bung Tomo Class

 TNI-AL
memiliki 3 kapal Bung Tomo Class, yaitu :

KRI Bung Tomo 357
KRI John Lie 358

KRI Usman-Harun 359
Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x DS 30B REMSIG 30mm Guns
16x VLS MBDA Seawolf SAM
8X Exocet MM40 Block II SSM
2x Triple BAE Systems 324mm torpedo tubes.

Kapal ini sempat membuat kontroversi antara pemerintah Indonesia dan Singapura karena penamaan KRI Usman-Harun 359 membuka luka lama Singapura, hal ini membuat dibatalkannya undangan para perwira TNI-AU untuk mengikuti Singapore Air Show.

Diponegoro Class


 Diponegoro Class
termasuk salah satu kapal perang tercanggih milik TNI-AL. TNI-AL memiliki 4 kapal Diponegoro Class, yaitu :

KRI Diponegoro 365
KRI Sultan Hasanuddin 366
KRI Sultan Iskandar Muda 367

KRI Frans Kaisiepo 368

Persenjataan :
meriam anti-pesawat Oto Melara 76mm
2x 20mm Denel Vektor G12
2x quad MBDA Mistral Tetral SAM dengan 8 misil
4x Exocet MM40 Block II SSM
2x triple B515 torpedo launchers.







Kamis, 05 Februari 2015

Hideyoshi Toyotomi


 Toyotomi Hideyoshi (1536-1581) adalah Shogun hebat yang menyatukan Jepang.
 Hideyoshi adalah anak seorang petani pekerja keras dan miskin.
 Sebagai anak laki-laki, Hideyoshi berjanji pada dirinya bahwa dia akan memastikan para petani tidak perlu bekerja terlalu keras apabila dia menjadi seorang Shogun.
 Hideyoshi dapat mendaftar menjadi seorang prajurit untuk Shogun Oda Nobunaga, yang mencoba menyatukan Jepang melalui kekuatan tentara.
 Suatu hari, menurut legenda, Hideyoshi menghangatkan sepatu Nobunaga untuk berjalan-jalan di musim dingin. Kemudian Nobunaga mengangkatnya sebagai Jenderal.
 Hideyoshi membuktikan bahwa dirinya adalah seorang jenderal yang tegas, dan ketika Nobunaga dibunuh, Hideyoshi melanjutkan tugas untuk menyatukan Jepang, tetapi dengan pemerintahan dan tentara yang baik.
 Pada tahun 1591, Hideyoshi telah menyatukan Jepang, tetapi dia tetap memisahkan kelas para petani dan prajurit.
 Untuk menciptakan suasana mistis di kerajaannya, Hideyoshi memerintahkan guru zen bernama Sen No Rikkyu menyempurnakan upacara minum teh.
 Kelak, Hideyoshi menjadi Paranoid. Mencurigai kepala penasihatnya yang bernama Hidetsugu menyusun rencana, dia membunuh seluruh keluarga Hidetsugu, termasuk Putri Komahime yang cantik.
 Ayah Komahime, Yoshiaki, mengambil keputusan memihak musuh Hideyoshi, Ieyasu Tokugawa, pada pertempuran besar yang mengakibatkan kejatuhan Hideyoshi.                                          

Lihat Juga : Shogun dan Samurai