Total Tayangan Halaman

Senin, 22 Oktober 2012

Mendidik Anak Agar Tidak Manja

 SEMUA orangtua ingin selalu membahagiakan anak. Segala usaha dikerahkan agar cita-cita anak dapat tercapai. Namun, tak semua perlakuan yang menyenangkan anak akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri. Sebaliknya, kesenangan-kesenangan ini dapat mengantar anak menjadi pribadi manja dan mudah menyerah.

  AGAR tak terjebak pola didik yang tanpa disadari dapat merugikan kehidupan anak di masa depan, orang tua dapat mempertimbangkan hal berikut ini. Anak perlu dikenalkan pada kegagalan. Ini adalah bagian dari hidup yang tak mungkin dihindari. Kegagalan adalah alat pengajaran yang kuat. Contohnya, saat anak menyusun lego atau menggunting gambar, biarkan ia melakukan kesalahan. Jika anak mengikuti perlombaan biarkan ia selesaikan dengan caranya sendiri. Orang tua cukup mengamati saja. Bila anak gagal atau kalah dalam perlombaan itu, ajarkan bahwa gagal bukan sesuatu yang buruk. Itu hanya bagian dari proses.
 Setiap kegagalan yang dihadapi selalu diikuti dengan kekecewaan. Ini tentu bukan perasaan yang menyenangkan. Oleh sebab itu, bila anak mengalami kekecewaan, orangtua dapat mengajari mereka cara untuk menangani perasaan yang sedih ini. Orangtua mengatakan bahwa perasaan kecewa  itu adalah hal yang wajar terjadi. Mengusir rasa kecewa dapat dilakukan dengan mengajak anak mencoba lagi hal yang telah gagal ia lakukan. Ini juga untuk mengondisikan mereka agar tak mudah menyerah.
  Orangtua juga jangan menjadi "ekor" untuk si anak. Maksudnya, jika mereka sesekali ingin bermain diluar bersama teman-temannya, izinkan saja. Jangan pula dibuntuti. Ini akan melatih mereka untuk mulai bertanggung jawab atas diri sendiri dan mengambil keputusan saat menghadapi masalah. Sesekali, beri mereka kesempatan untuk menentukan waktu belajar, memilih mainannya sendiri, dan macam kegiatan yang ingin dilakukan di akhir pekan. Keberanian anak untuk mengambil keputusan diawali dari hal-hal yang sederhana.
  Anak sering merengek agar keinginan mereka dipenuhi. Ini adalah hal yang amat wajar. Namun, ada kalanya perilaku seperti itu justru akan mengendalikan kehidupan orangtua. Situasi itu jangan dibiarkan sebab orangtualah yang membuat peraturan. Orangtua harus tetap menjadi pengendali untuk mengatur keuangan keluarga dan menentukan barang yang bisa dimiliki atau belum pantas untuk anak. Orangtua juga tetap memegang otoritas untuk menentukan waktu istirahat anak dan menu makanan yang sehat.
  Orangtua yang penyayang bukan berarti tidak bersikap tegas kepada anak-anak. Yang tidak boleh dilakukan orangtua adalah menunjukkan sikap kasar. Hal ini karena tegas dan kasar adalah dua hal yang sangat berbeda.

Sumber : Kompas 14 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar